Rabu, 17 Juni 2020

Seni Mencintai

Cinta adalah seni maka seni adalah cinta, dan untuk menguasai seni kita juga harus belajar mencintai, di dalam seni mencintai terbagai dua katagori teori cinta dan praktik cinta. Jika seseorang ingin menjadi penyanyi yang terkenal maka pertama-tama ia harus mempelajari lebih dulu apa yang dimaksud melodi dan harmoni. Tanpa melodi dan harmoni maka nyanyian kita akan menjadi suara yang menyakitkan kedengarannya di telinga. Teori yang baik juga harus dilengakapi dengan praktik yang terampil, untuk dapat menyanyi seseorang harus terampil mengatur nafas dengan baik. Maka teori tentang cinta harus di mulai dengan teori tentang manusia, karena manusia bukalah binatang, maka keinginan untuk mencintai pasrilah bukan sekedar dorongan naluriah semata. Manusia memiliki emosi dan rasio dalam menentukan apa yang dirasakan dan bagaimana mewujudkan perasaan tersebut.

Sejak kecil kita dapat merasakan perasaan cinta dan perasaan itu berkembang dalam kehidupan kita. Perasaan cinta tersebut berkembang dalam konteks yang berbeda-beda misalnya, cinta ibu, cinta mainan, cinta diri sendiri, cinta lain jenis, cinta sesama manusia, dan cinta kepada Tuhan. Perasaan cinta tersebut juga berkembang dalam dimensi yang berbeda-beda pula, kita pun dapat mengenali mana perasaan cinta yang kuat dan mana perasaan cinta yang lemah. Dengan begitu, manusia membuthkan rasio untuk mencintai. Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya, kesadaran ini memberikan kita pemahaman akan siapa orang yang kita cintai. Kesadaran ini juga memperjelas akan apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat kita mencintai. Kesadaran ini juga mendorong kita untuk mencintai apa yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya. 

Kita harus belajar apa artinya cinta dan apa artinya mencintai.? Cinta yang berarti pusat diri yang dirasakan oleh manusia sebagai puncak menuju keinginan, dan jika kita mau mengasihi sesama manusia lewat perasaan cinta, hal ini yang berarti kita mampu tidak melulu memikirkan kepentingan diri sendiri. Selain tidak berfokus kepada kepuasan diri sendiri, tidak egois, maka lenyap sudah diri ini seakan-akan tidak ada, karena orang yang dicintai lebih penting dari pada diri sendiri. Ini berarti bahwa kita tidak penting tapi orang yang kita cintai yang lebih penting. Bahkan ketika kita harus menderita bagi orang yang kita cintai, cinta kadang dapat terasa menyakitkan. Cinta yang tulus adalah cinta yang mengkorbankan diri bagi orang yang dicintainya.

Sudahkah kita semua mengkorbankan diri terhadap orang yang kita cintai..??




Tidak ada komentar:

Posting Komentar