Program studiku mengajarkan
kesadaran pola pikir dalam memberdayakan masyarakat secara kolektif, akan
tetapi dari sejak menjadi seorang mahasiswa aku pun tak mengerti secara detail
apa itu kesadaran pola pikir. Dengan demikian, semakin berubahnya ruang dan
waktu aku pun merasa sadar dan bebas yang terbentuk dengan sendirinya tanpa ada
pengaruh dari lua dirinya. Aku pun dikutuk bebas oleh kesadaranku, kecoali
kebebasan itu sendiri atau jika kita mau, kita tidak bebas untuk berhenti
bebas. Namun, semua yang tampak terlihat ini tidak aktif, akan tetapi juga
tidak pasif, tidak meng-ia-kan dan tidak menyangkal, sehingga uraian konsep kesadaran
dan kebebasan harus meng-ia- kan hidup, mempelajari gaya hidup, memberikan makna
begi yang hidup, inilah proses jalannya kehidupan abadi dan absolut.
Sementara yang aku maksud bebas
yang terbentuk dengan sendirinya yaitu berada dengan sadar, tentang keberadaan
manusianya, atas berada untuk dirinya. Karena manusia mempunyai hubungan dengan
keberadaanya, serta bertanggung jawab atas fakta yang melibatkab dirinya, beberda dengan benda yang
hanyalah sebuah benda, akan tetapi tidak demikian dengan manusia yang memiliki
kesadaran, yaitu kesadaran yang reflektif dan kesadaran pra reflektif itulah
sadar sebelum bebas. Sejauh aku mempelajari kesadaran bahwa kesadaran kita ini
bukanlah kesadaran akan dirinya, melainkan kesadaran diri. Di dalam kesadaran
diri selalu ada jarak antara kesadaran dan diri, jarak yang senantiasa ada ini
yang disebut “ketiadaan” yang membuat kita dari dalam diri sendiri, untuk diri
sendiri.
Maka aku pun mengambil jalan
lurusnya, bahwa kesadaran tidak boleh dipandang sebagai hal yang berdiri
sendiri, sebab kesadaran hanya ditemukan pada orang yang berbuat, mencari
tempat dimana ia dapat berdiri dan ia berusaha untuk dapat berada dalam dirinya,
akan tetapi suatu hal yang tidak mungkin, karena tidak mungkin makhluk yang
berada untuk dirinya, berubah menjadi berada dalam dirinya. Oleh karena itu,
manusia merasa terhukum kepada kebebasan, dan ia terpaksa terus menerus untuk
selalu berbuat. Karena dalam kesadaran yang demikian manusia berusaha untuk
membebaskan diri dari kecemasan dengan mencoba menghindari kebebasannya.
Kebebasan inilah esensi manusia, biasanya manusia yang bebas selalu menciptakan
dirinya, dan manusia dapat mengatur, memilih dan dapat memberikan makna pada
realitas lewat dirinya.
Manurut pandanganku manusia
secara individual mempunyai kebebasan untuk mencipta dan memberi makna kepada
keberadaanya, dengan merealisasikan kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan
merancang dirinya sendiri. Namun ia tidak bisa sendirian, atau tidak bisa
dilakukan secara personal saja, tetapi harus berlangsung dalam konteks
intersubyektifitas, yaitu bersama-sama dengan masyarakat. Dari apa yang telah
diuraikan dari atas, bahwa manusia selalu berusaha untuk berada dalam keadaan
bebas, dan manusia berupaya untuk meng-aku-kan dan meng-engkau-kan, yang terus
menerus dalam setiap relasi antar manusia. Setiap relasi dengan demikian tidak
lebih dari sekedar sebuah dialektika subyek dan obyek atau sebaliknya, dan yang
satu akan mengalahkan yang lainnya, dan yang lainnya mengalahkan yang satu.
Inilah puncaknya sadar dan bebas untuk memberdayakan masyarakat, bukan memperdaya
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar