Kamis, 11 Juni 2020

Kesadaran dan Kebebasan

Program studiku mengajarkan kesadaran pola pikir dalam memberdayakan masyarakat secara kolektif, akan tetapi dari sejak menjadi seorang mahasiswa aku pun tak mengerti secara detail apa itu kesadaran pola pikir. Dengan demikian, semakin berubahnya ruang dan waktu aku pun merasa sadar dan bebas yang terbentuk dengan sendirinya tanpa ada pengaruh dari lua dirinya. Aku pun dikutuk bebas oleh kesadaranku, kecoali kebebasan itu sendiri atau jika kita mau, kita tidak bebas untuk berhenti bebas. Namun, semua yang tampak terlihat ini tidak aktif, akan tetapi juga tidak pasif, tidak meng-ia-kan dan tidak menyangkal, sehingga uraian konsep kesadaran dan kebebasan harus meng-ia- kan hidup, mempelajari gaya hidup, memberikan makna begi yang hidup, inilah proses jalannya kehidupan abadi dan absolut.

Sementara yang aku maksud bebas yang terbentuk dengan sendirinya yaitu berada dengan sadar, tentang keberadaan manusianya, atas berada untuk dirinya. Karena manusia mempunyai hubungan dengan keberadaanya, serta bertanggung jawab atas fakta yang melibatkab dirinya, beberda dengan benda yang hanyalah sebuah benda, akan tetapi tidak demikian dengan manusia yang memiliki kesadaran, yaitu kesadaran yang reflektif dan kesadaran pra reflektif itulah sadar sebelum bebas. Sejauh aku mempelajari kesadaran bahwa kesadaran kita ini bukanlah kesadaran akan dirinya, melainkan kesadaran diri. Di dalam kesadaran diri selalu ada jarak antara kesadaran dan diri, jarak yang senantiasa ada ini yang disebut “ketiadaan” yang membuat kita dari dalam diri sendiri, untuk diri sendiri.

Maka aku pun mengambil jalan lurusnya, bahwa kesadaran tidak boleh dipandang sebagai hal yang berdiri sendiri, sebab kesadaran hanya ditemukan pada orang yang berbuat, mencari tempat dimana ia dapat berdiri dan ia berusaha untuk dapat berada dalam dirinya, akan tetapi suatu hal yang tidak mungkin, karena tidak mungkin makhluk yang berada untuk dirinya, berubah menjadi berada dalam dirinya. Oleh karena itu, manusia merasa terhukum kepada kebebasan, dan ia terpaksa terus menerus untuk selalu berbuat. Karena dalam kesadaran yang demikian manusia berusaha untuk membebaskan diri dari kecemasan dengan mencoba menghindari kebebasannya. Kebebasan inilah esensi manusia, biasanya manusia yang bebas selalu menciptakan dirinya, dan manusia dapat mengatur, memilih dan dapat memberikan makna pada realitas lewat dirinya.

Manurut pandanganku manusia secara individual mempunyai kebebasan untuk mencipta dan memberi makna kepada keberadaanya, dengan merealisasikan kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan merancang dirinya sendiri. Namun ia tidak bisa sendirian, atau tidak bisa dilakukan secara personal saja, tetapi harus berlangsung dalam konteks intersubyektifitas, yaitu bersama-sama dengan masyarakat. Dari apa yang telah diuraikan dari atas, bahwa manusia selalu berusaha untuk berada dalam keadaan bebas, dan manusia berupaya untuk meng-aku-kan dan meng-engkau-kan, yang terus menerus dalam setiap relasi antar manusia. Setiap relasi dengan demikian tidak lebih dari sekedar sebuah dialektika subyek dan obyek atau sebaliknya, dan yang satu akan mengalahkan yang lainnya, dan yang lainnya mengalahkan yang satu. Inilah puncaknya sadar dan bebas untuk memberdayakan masyarakat, bukan memperdaya masyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar