Aku bukan pula soekarno, bukan
pula syahrir, bukan pula hatta, bukan pula tan malaka, bukan pula ki hajar
diwantara, bukan pula soe hok gie, bukan pula bung tomo, dan bukan pula
maryono, karena aku ia aku tapi bukan aku yang menjadi aku melainkan aku yang
selalu menjadi aku. Ketika aku membelah menjadi dua, siapa yang sebenarnya aku
dan bukan aku, aku tak mengerti soal aku, sebab aku masih berjalan menuju aku
yang akan menjadi aku di hari ini, besok dan masa depan. Bila semua sudah
menjadi aku, apalagi yang akan aku pelajari dari kejadian demi kejadian,
sehingga aku itu membeku dengan konsep yang aku inginkan oleh aku sendiri.
Aku, islam dan pancasila
........... aku cukup heran dengan hasil kesepakatan pancasila sebagai dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena fenomena semakin terasingnya
nilai-nilai pancasila dari kehidupan sehari-hari. Selain itu juga, Pancasila
sekarang juga berhadapan dengan tantangan dari ideologi lain. Ideologi yang
diusung oleh islam radikal dan islam liberal, kedua pengusung tersebut
berusaha secara sistematis untuk meminggirkan Pancasila dari sistem ekonomi,
sosial, politik dan budaya. Karena dengan begitu semakin banyak warga
masyarakat yang tidak mengetahui dan memahami terhadap Pancasila dan
nilai-nilai yang dikandungnya, maka kondisi ini sesungguhnya membahayakan bagi
kehidupan bangsa dan negara ini. Sehingga bangsa ini kehilangan arah dan titik
orientasinya.
Realitas semacam ini, tidak bisa
dibiarkan dan harus melakukan berbagai langkah dan strategi agar bangsa ini
tidak semakin terpuruk. Tentu saja, untuk melakukannya dibutuhkan kekuatan yang
besar. Kekuatan yang besar itu hanya akan terbentuk dengan adanya penguhan
kembali ikatan bathin atau komitmen semua warga negara terhadap cita-cita nasionalnya
yang disertai pembaruan tekad bersama untuk melaksanakannya. Perlu diketahui,
dalam kehidupan bernegara haruslah melihat Pancasila sebagai pemersatu yang
mengajak semua orang agar patuh dengan ajaran Tuhan. Maka aku, islam dan
Pancasila ikut menghargai keberagaman dan pluralitas yang sudah ada di
masyarakat. Melalui penghargaan inilah kehidupan yang damai dan harmunis dapat
terwujud.
Aku menyadari bahwa umat islam
merupakan warga mayoritas, sehingga implikasi pada keteguhan pandangannya untuk
merasa lebih terikat pada islam dan umatnya, bukan pada kelembagaan umat islam,
seperti partai politik islam, atau wadah persatuan umat islam. karenanya, aku
menolak terhadap institusi kepartaian politik islam, tetapi bukan berarti aku
menolak ajaran-ajaran keislaman. Maka penolakanku itu terhadap pemamfaatan atas
islam untuk kepentingan pragmatis. Pemamfaatan semacam itu justru menjatuhkan
nilai-nilai ajaran islam yang sebenarnya.
Maka dari
pengembangan-pengembangan pemikiran baru Pancasila sebagai dasar negara, akan
dapat memelihara makna dan relavasinya tanpa kehilangan hakikatnya, sehingga
dasar negara tersebut berserta nilai-nilai dasarnya tetap berbunti dan
komunikatif dengan masyarakat yang terus berkembang dan dinamika kemajuan zaman
yang terus bergerak. Dengan begitu, dasar negara tersebut akan universal yang gampang
beradaptasi sesuai zaman, tahun uji dan malahan semakin berkembang bersama-sama
dengan realitas baru yang bermunculan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar