Jumat, 19 Juni 2020

Berdaya, Mandiri, dan Lestari

Berdaya adalah orang yang mengelola kualitas dan kuantitas sebagai manusia yang sempurna, mandiri adalah orang yang berdiri sendiri di atas kaki sendiri, lestari adalah orang yang hidup bersih, telaten, mengatur waktu, pola makan dan menjaga kesehatan fisik dan mental. Sehingga industri dan skema kerja manusia modern yang ada di kota, membawa dan mempercepat proses manusia kehilangan sebagian kendali atas diri mereka sendiri. Mari kita bayangkan hal ini, jika sebuah kota tiba-tiba digedor oleh gempa, rumah-rumah ambrol, sistem informasi macet, infrastruktur ambruk, transportasi tak bisa bergerak, listrik padam, dan tak mungkin segera dipulihkan dalam sekian minggu ke depan, apa kira-kira yang terjadi.?

Sebab negara kita Indonesia yang bertahta di atas singgasana cincin api, tentu itu bukan hal yang mustahil akan terjadi. Karena kekacauan pernah berkali-kali terjadi, seperti Tsunami menghantam Aceh, Yogya kenak lindu, Palu di hantam gempa dll. Maka hukum adat dengan hukum alam, saling berinteraksi guna sebagai daya dukung lingkungan, dalam hal ini tentu saja pangan, sangat berperan penting dalam situasi yang sangat darurat ini. Belum lagi dalam kolektivitas dan sikap komunalisme yang masih kuat, menjadi tumpuan baik secara sosial maupun secara psikologis, untuk bisa bertahan ketika dearah didera krisis yang bersifat keras dan mendadak. 

Dari sanalah, daya hidup kembali menjelar, dan semua menjadi nisbi mudah untuk diperbaiki, serta kehidupan dilanjutkan. Dalam situasi yang sangat ekstrem di luar segala rencana, niscaya desa bisa bertahan dan berdaya di banding kota jiak terjadi bencana. Sungguh kurang menyenangkan bila ada di kota, seolah-olah mantra penting dalam proses pembangunan sekarang ini. Dan keputusan itu, diputuskan oleh para elit politikdan pengambil kebijakan yang tinggal di kota. Cara pandang bagi orang kota, itu hanya gunung, itu hanya gundukan tanah belaka, tapi bagi orang desa itu sumber hidup yang bisa membuat mereka berdaya, mandiri, dan lestari. Disana ada ekosistem, disana pula ada tautan diri sebagai manusia dengan alam yang menghidupi. Ikatan manusia atas tanah dan air, bukan semata kalkulasi ekonomi, dan kalau memang cara menghitungnya seperti, maka semua hal di dunia ini baik gunung, hutan, laut, akan kehilangan pesonanya. Semua hanya tampa sebagai materi/uang semata, dan bila semua diungkan akan kehilangan banyak hal yang lebih besar dari sekedar duit, duit dan duitt...

Mata rantai dalam dunia perdangan saat ini sebagian orang belum memahami akan fasilitas yang sudah tersedia. Dengan internet dan sistem komunikasi mislanya, para petani bisa langsung mengakses harga dan komunditas apa yang sedang dibutuhkan. Dengan sistem informasi ini, plus infrastruktur yang standar seperti jalan yang mulus dan jembatan yang kokoh, membuat pergerakan komuditas dari desa ke kota lebih masuk akal dan eknomis. Jika kota mengalai bencana dahsyat maka desa solusinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar