Realitas
yang tampak di depan mata adalah percaturan dunia saat ini yang menunjukkan
agama berada pada posisi marginal, tertindas, dan subordinat. Sebelum aku
menguraikan gagasan alternatif ini, terlebih dahulu agama harus menjadi titik
tekan umat dari wacana menuju gerakan. Setidaknya ada beberapa sudut pemikiran
yang selama ini mengakar kuat dalam diriku, di antaranya ........
tradisionalis, modernis liberal,
revivalis, dan transformatif. Oleh sebab itu, efek atas fenomena ini kemiskinan
muncul dalam beragama wajah dan gejala, dari kemorosotal moral, kriminalitas,
masalah kesehatan, kedaulatan, independensi negara, bahkan sampai menghambat aktivitas
ritual umat beragama.
Tradisionalis
percaya bahwa permasalahan kemiskinan pada hakikatny adalah ketentuan dan
rencana Tuhan. Justru itu kaum tradisionalis, menganggap kemiskinan adalah
ujian atas keimanan seseorang yang tidak diketahui mamfaat dan mudharatnya,
ataupun petaka di balik kemajuan dan pertumbuhan serta globalisasi bagi umat
manusia dan lingkungannya kelak. Akar teologisnya bersandar pada konsepsi
tentang predeterminisme, yaitu ketentuan dan rencana Tuhan sebelum manusia
diciptakan.
Modernis
liberal percaya bahwa masalah yang dihadapi kaum miskin pada dasarnya berakar
pada sikap mental yang salah, budaya yang tidak mendukung atau wacana teologi
kita yang tidak bersungguh-sungguh. Bukan dilihat dari struktur kelas, gender
dan sosial sebagai pembentuk nasib di dalam masyarakat. Bagi pandangan modernis
umat beragama harus berpartisipasi dan mampu bersaing dalam proses
industrialisasi dan globalisasi, serta proses pembangunan. Karena kemiskinan
tidak ada sangkut pautnya dengan neolibaralisme dan globalisasi, kalau perlu
justru umat beragama dipersiapkan untuk menjadi liberal agar mampu dari segi
mental dan gerakan.
Transformatif
adalah pikiran alternatif dari pandangan di atas, mereka memandang kemiskinan
disebabkan oleh ketidakadilan sistem dan struktur ekonomi, politik dan budaya.
Keadilan menjadi prinsip fundamental yang titik fokus kerjanya adalah mencari
akar teologi, metodologi, dan aksi yang memungkinkan terjadinya transformasi
sosial. Keberpihakan terhadap kaum miskin dan tertindas tidak hanya diilhami
oleh kitab suci masing-masing agama, tetapi juga hasil analisis kritis terhadap
struktur yang ada. Agama dapat dipahami sebagai pembebasan bagi yang tertindas,
serta mentransformasi sistem eksploitasi menjadi sistem yang adil. Dan inilah
yang mendasari gerakan agama untuk mengambil posisi dalam menghadapi problem
sosial yang dihadapi umat seluruh dunia saat ini.
Dalam
sejarah agama-agama dunia telah dibuktikan, bahwa sebuah agama bisa menyalakan
revolusi dan meruntuhkan kekuasaan korup. Iman dalam konteks ini adalah proses
internal kenyataan dan dorongan menuju perubahan dan bukan mencari penyesuaian
atas realita yang ada. Jangan sampai agama justru dimamfaatkan untuk
mempertahankan dan mendukung status qou. Sikap yang berlebel melawan kapitalisme
ini mengandung makna bahwa agama yang meletakkan kaum yang terdzalimi sebagai
pihak pertama yang harus dibela, dilindungi dan diperjuangkan.
Tradisionalis,
Modernis Liberal, Revivalis, dan transformatif............ Dimanakah posisi
masyarakat dalam memandang kemiskinan......???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar