Suatu pemahaman lewat teks di beberapa banyak buku mengantarkan aku ke pintu keterbukaan pemikiran yang begitu luas, sehingga bisa mengafirmasi kembali menuju jembatan yang lebih jauh untuk merangkai suatu mimpi ke alam pikiran baru. Dengan demikian, teks-teks yang ada bisa di pahami lewat hermeneutik ontolgis yang secara pemaknaan dengan panafsiran yang sangat kompleks dan sempurna. Oleh karena itu, hermeneutik merupakan bangunan epistimologi yang muncul bukan sebagai tradisi berpikir mandiri, melainkan hasil reaksi, dan koreksi dari beberapa pemikiran yang menyebutkan bahwa seseorang hadir memiliki implikasi pada pemahaman, dan akan masuk pada ontologis penafsiran. Proses interpretasi teks dan fenomena sering menimbulkan kesenjangan pemahaman, antara ekpresi-ekpresi dan narasi yang bermakna subyektif selanjutnya dibuat menjadi obyektif, padahal sebenarnya masih ada kemungkinan bahwa pemahaman masih termediasi oleh subyektifitas oleh penafsir. Gerak historikal inti pemahaman merupakan hasil interaksi masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Inilah tokoh yang bernama Gadamer adalah salah satu pemikir kelompok hermeneutik ontologis, mematangkan ide kesadaran, interprtasi teks dan feneomena sehingga menemukan problem filosofis pengembangan ontologi pemahaman secara onyektif. Namun ada juga, kecenderungan yang dilahirkan dari ide pemikiran Gadamer, menjadikan seorang penafsir tidak mungkin melakukan penafsiran yang netral, dan melakukan penyelidikan dari pikiran kosong.
Seiring dengan perkembangan zaman, difinisi hermeneutika mengalami perkembangan dari yang semula dipandang sebagai sebuah ilmu tentang penafsiran, berkembang menjadi ilmu yang berkaitan dengan disiplin sebagai keberbahasaan. Dengan begitu hermeneutika berkembang menjadi sebuah pendekatan dan metodologi baru dalam upaya mengkaji, memahami dan menafsirkan teks kitab suci dan buku-buku yang akhir-akhir ini semakin digandrungi oleh para peneliti akademis, kritikus sastra, sosiolog, sejarawan, antropolog, filsuf maupun teolog untuk memperoleh pengatahuan yang obyektif dari suatu teks. Oleh karena itu, yang menjadi pembahasan tentang hermeneutika bermula dari karya aristoteles, yaitu peri hermenias yang di dalamnya memaparkan bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan. Memahami hermeneutika kita harus masuk ke realitas dan kondisi-kondisi penafsiran yang memungkinkan seseorang dengan dapat memahami atau menafsirkan suatu teks, simbol atau prilaku, yang mencoba mengeluarkan pikiran-pikiran untuk menjawab masalah dalam kehidupan manusia dengan cara menafsirkan apa yang diterima oleh kehidupan manusia dari sejarah dan tradisi, yang terkait dengan hal-hal seperti epistemologi, ontologi, etika dan estetika.
Seiring dengan perkembangan zaman, difinisi hermeneutika mengalami perkembangan dari yang semula dipandang sebagai sebuah ilmu tentang penafsiran, berkembang menjadi ilmu yang berkaitan dengan disiplin sebagai keberbahasaan. Dengan begitu hermeneutika berkembang menjadi sebuah pendekatan dan metodologi baru dalam upaya mengkaji, memahami dan menafsirkan teks kitab suci dan buku-buku yang akhir-akhir ini semakin digandrungi oleh para peneliti akademis, kritikus sastra, sosiolog, sejarawan, antropolog, filsuf maupun teolog untuk memperoleh pengatahuan yang obyektif dari suatu teks. Oleh karena itu, yang menjadi pembahasan tentang hermeneutika bermula dari karya aristoteles, yaitu peri hermenias yang di dalamnya memaparkan bahwa kata-kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita, dan kata-kata yang kita tulis adalah simbol dari kata-kata yang kita ucapkan. Memahami hermeneutika kita harus masuk ke realitas dan kondisi-kondisi penafsiran yang memungkinkan seseorang dengan dapat memahami atau menafsirkan suatu teks, simbol atau prilaku, yang mencoba mengeluarkan pikiran-pikiran untuk menjawab masalah dalam kehidupan manusia dengan cara menafsirkan apa yang diterima oleh kehidupan manusia dari sejarah dan tradisi, yang terkait dengan hal-hal seperti epistemologi, ontologi, etika dan estetika.