Cinta mengubah
tembaga menjadi emas.
Cinta mengubah
sampah menjadi anggur.
Cinta mengalihkan
derita ke dalam penyembuhan.
Cinta menghidupkan
yang mati.
Cinta mengubah
raja menjadi hamba sahaya.
Cinta mendidihkan
samudra laksana buih.
Cinta meluluhlantahkan
gunung menjadi pasir.
Cinta menghancurkan
langit beratus keping.
Cinta menguncang
bumi dan lautan.
Cinta adalah
nyala, yang manakala membara, membakar segalanya kecoali yang Tercinta.
Manusia modern
yang hidup serba dan tanpa cinta membuat dirinya nyaman dan mudah, di satu sisi
kemajuan ilmu dan pengatahuan serta teknologi membuat cinta bisa di rubah dan
bahkan bisa berhenti seketika. Mungkin anggapan seseorang tentang cinta bisa
menarik dan mempesona dapat secara efektif mengeksploitasi teknik-teknik
komunikasi untuk memanipulasi emosi-emosi dan rasio kontrol. Namun pada
dasarnya manusia ingin di cintai dan mencintai satu sama yang lainnya, dengan
memberi perhatian, tanggung jawab, serta pemahaman tentang hakikat dan makna
cinta yang sebenarnya.
Inilah cinta yang
selama ini sebagai peta konsep untuk masuk dalam perbincangan filsafat cinta
perspektif agama, khususnya ketika asal mula dunia dilukiskan sebagai suatu
tindakan penciptaan yang mencintai ciptaannya, baik secara keseluruhan maupun
secara sebagian. Lalu konsep cinta menjadi subjek meditasi filosofis yang
berkaitan dengan masalah-masalah etis. Karena cinta sebagai salah satu dorongan
manusia yang paling kuat di dalam jiwa, ketika manusia berimajinasi lewat
akalnya semenjak itulah cinta hadir dalam rasionalitas yang abadi dari
pengalaman hidupnya.
Mahabbah adalah karunia cinta ilahi yang
diberikan kepada semua ciptaannya “manusia”,
sehingga tumbuhnya mahabbah dalam diri manusia dapat dikenal melalui kesalehan
ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semakin besar cinta itu, semakin besar pula
partisipasinya lewat senandung merdu ayat-ayatmu yang membasahi bibir pada
setiap insannya. Karena itu cinta sering dipandang sebagai sinonim dari kata
ihsan. Lalu Tuhan mencintai mereka yang merupakan cinta yang sempurna, kemudian
mereka akan mencintai Tuhannya, yang mengandung unsur cinta yang masih
dipertanyakan.?
Lalu berjalanlah menuju cinta mahabbah kepada sang
ilahi lewat taubat dari kebohongan terhadap kekasih, terbuka, pendekatan etis,
serta sadar akan dosa-dosa kecil maupun dosa-dosa yang besar. Langkah selanjutnya
adalah faqr, menghadapi segala yang datang dan tidak mengeluh serta menerima
segala cobaan yang menimpanya. Maka langkah terkrakhir adalah ridha, langkah
inilah merupakan rasa cinta yang bergelora dalam hatinya, membuat sampai ke
mahabbah cinta sang ilahi. Yang ada dalam hatinya adalah rasa cinta kepada
Tuhannya. Hatinya teguh dengan penuh rasa cinta, sehingga tidak terdapat lagi
tempat didalamnya untuk rasa benci terhadap apapun bahkan kepada siapapun. Karena
ia mencintai Tuhan dan segala makhluk ciptaanya.
Jika kita mau
paham dan mengerti soal dicintai dan mencintai, harus menggunakan akalnya
laksana seorang inspektur polisi yang bertugas mengontrol tindakan-tindakan
baik dan jahat. Karena akal menjadi penjaga dan hakim terhadap kotanya hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar